Sebenernya sih ini bukan tips juga, berkesan seperti gue hebat banget sampe ngasih tips gitu. Karena jujur gue juga merupakan salah satu dari sekian banyak temen mahasiswa dikampus gue yang gagal dalam mempertahankan konsistensi dlm ngerjain skripsi
hehe
Gue nulis tulisan ini karna gue lg ngerjain skripsi juga dan gue juga sedang mengalami yg namanya sindrom
MALAS. Tidak seperti down sindrom, sindrom malas yg terlihat sepele ini bisa berakibat fatal bagi seorang mahasiswa tingkat akhir yang ibarat maen bola sudah memasuki waktu
injury time alias pertambahan waktu.
Pada saat kaya gini biasa nya lo akan ngerasa bahwa waktu terasa cepat, yg biasanya sebulan itu terasa agak lama (karna nunggu kiriman uang), tp jadi berasa jd kaya 1x24 jam. Nafsu makan berkurang, buang air besar gak lancar, kermian menahun dan biasanya jadi rada sensi kalo disinggung pertanyaan2, sepeti
“Sekarang semester berapa?”,dan setelah pertanyaan tersebut maka akan berlanjut ke pertanyaan
“Mau lulus kapan?”. Pertanyaan2 yang hanya terdiri dari 3 suku kata tapi membutuhkan keberanian yang tinggi untuk ngejawabnya. Sebetulnya sih kalo masalah pertanyaan kayak gitu
insting atau naluri sebagai mahasiswa tingkat akhir akan secara otomatis bekerja, contoh:
A= orang asing/sodara/tmn rumah/ortu pacar
B= mahasiwa tingkat akhir
-----------------------------------------------
A: Sekarang semester berapa?
B: Semester akhir.
A: Mau lulus kapan?
B: Secepatnya.
Intinya cukup dijawab dengan jawaban singkat padat dan gak jelas. Yah sebenernya sih emang jawaban diatas bersifat ambigu, alias gak jawab pertanyaan yang diajukan sama sekali. Tp paling gak kita udah punya keberanianlah buat jawab pertanyaan2 yg rawan kayak gitu daripada diem,
yaa gak?
Kembali ketopik malas tadi, pertama-pertama kita harus bisa kenalin dulu masalah kemalasan kita itu krn apa. Dari yang gue rasain, sindrom rasa malas yg menyebabkan skripsi itu
stuck diakibatkan antara lain karena:
Kondisi internal
1.Dosbing (Dosen Pembimbing)
2.Literature
3.Biaya
4.Diri sendiri
Untuk poin 1, biasa ini terjadi krn kurangnya komunikasi antara si dosbing dan mahasiswanya. Bisa terjadi karena salah penafsiran keinginan mahasiswa terhadap si dosbing atau ilmu si dosbing yg terlalu tinggi, sehingga dia menginginkan mahasiwanya jadi kaya dia. Si dosbing terlalu byk menuntut ini-itu supaya tuh skripsi terlihat berbobot, tp dimata siapa? Khalayak umum atau itu dosbing sendiri. Alhasil tuh mahasiswa jd takut ketemu tuh dosbing, ngilang gak tau kemana. Sial lah bagi mahasiswa yg dpt dosbing kaya gini.
Kalo gue sendiri termasuk dalam golongan rasa malas yang diakibatkan oleh poin 2. Skripsi yang gue ambil adalah yang gak umum. Jadi cuma sedikit contekan yang gue punya, dan rata-rata literatur yang ada hanya terdiri dr bhs asing yaitu inggris dan jepang. Jd mau gak mau gue musti translate tuh bahasa dengan menggunakan seluruh panca indera yang gue miliki. Karena terbatasnya literatur itu itu jd bikin gue gak tau mau nulis apaan di skripsi dan akhirnya jadi males,
Pada poin yang ke-3 ini adalah masalah yang paling ironis, saat lo punya SDM yang bagus, dosbing yg enak dan literatur yang mudah didapat tapi ternyata lo harus mendapat kenyataan bahwa lo kekurangan biaya. Emg sebetulnya di kondisi ini kita gak boleh nyerah, krn tiap masalah pasti ada jalan keluarnya, yah walopun emg untuk masalah yang satu ini gak banyak yang bisa dilakukan. Pada kondisi ini biasanya ada yang memilih untuk memilih mencari kerja sambilan sepuluh sabelas alias kerja serabutan, yang penting bisa makan dan beli kertas untuk skripsi. Sesungguhnya wahai para penderita masalah financial jangan lah engkau menyerah,karena saat kalian bisa tetep survive dengan kondisi seperti ini nisacaya suatu saat kalian akan jadi orang besar. Orang dengan mental baja, tahan banting, apalagi tahan boker.
Sedangkan untuk yang poin 4 wajib bersedih lah kalian wahai para mahasiswa tingkat akhir jika penyebabnya karena poin ini. Pasalnya pada poin yang ke-4 ini masalahnya karena kalian berarti sudah menyia-nyiakan waktu kalian. Artinya kalian sudah menkreditkan masa depan yg harusnya bisa kalian bayar dengan tunai. Kalian kurang menghargai hidup yang sudah dikasih. Gak sedikit temen-temen mahasiswa gue yang ngalamin kondisi kyak gini. Kata skripsi jadi terdengar angker dan berbau klenik, sesuatu yg harus dihindari keberadaannya. Percayalah, karena sebenernya kalian hanya lari masalah yang ada. Kesenangan yang kalian rasakan itu hanya bersifat semu dan cuma sesaat. Gue yakin orang dengan problem kayak gini pasti memiliki tingkat stress yg lebih tinggi.
Menurut gue, itu adalah sebagian kecil dari penggolongan kasta malas dari masalah yang biasanya timbul di benak para mahasiswa tingkat akhir. Sekian dari gue semoga dengan kita tau apa yang sedang kita alami kita jadi tau jalan mana yg musti kita ambil sehingga akan menghasilkan solusi yg tepat dan menjadi
sesuatu banget yaa.
i n d e r a.